vote komodo

Senin, 03 Januari 2011

jika perang,bagaimana nasib warga diperbatasan???

peta_kaltim

Semenjak memanasnya hubungan Indonesia – Malaysia, saya pribadi tak pernah setuju dengan aksi kecaman untuk “Ganyang Malaysia”. Ada beberapa hal yang ingin saya ungkapkan disini:
  1. Nenek moyang Malaysia juga berasal dari Indonesia, seperti Jawa, Bugis, Maluku, Banjar, dst. Ketika terjadi berita Malaysia mengklaim batik, reog, tari pendet, angklung, dan lainnya, media massa melakukan pemberitaan sepihak dan menyudutkan Malaysia. Saya yakin Malaysia tidak bermaksud mengklaim budaya Indonesia, justru budaya tersebut sebenarnya di bawa ke Malaysia oleh orang-orang Indonesia sendiri. Salahkah bila orang Jawa di Malaysia membawa kesenian batik? Sementara etnis Tionghoa di Indonesia sendiri bebas menampilkan budaya mereka di Indonesia tanpa tuduhan klaim-mengklaim. Adilkah ini?
  2. Banyak warga Indonesia yang tinggal di perbatasan telah kehilangan rasa nasionalisme-nya pada NKRI dan lebih memilih pindah kewarganegaraan menjadi warga negara Malaysia. Ini bukan berita baru dan sudah sering ditampilkan di televisi. Lingkungan yang terisolir, jauh, jalan akses yang belum dibuka, harga kebutuhan yang mahal, layanan pendidikan dan kesehatan yang kurang memadai menjadi alasan mereka untuk tinggal di Malaysia.
  3. Meski sedang tidak berperang dengan Malaysia, kenyataannya TNI dan tentara Malaysia sudah sering berperang di laut perbatasan kedua negara. Berbeda dengan TNI dan tentara Malaysia yang menjaga pos perbatasan di daratan yang selalu rukun. “Kenapa yang ini tidak diekspos?”
  4. Masyarakat Indonesia di Jawa, hanya meneriakkan “Ganyang Malaysia” dan memaksa Presiden SBY untuk segera berperang tanpa berpikir panjang bagaimana akibatnya kelak. Bukannya menyelesaikan masalah tapi hanya demi kepuasan “ego” dan “harga diri”.
  5. Saya setuju pada status facebook teman sekampung saya di daerah Kabupaten Kutai Barat di atas, bila kedua negara ini perang bagaimana dengan nasib kami yang berdekatan dengan daerah perbatasan Serawak, Malaysia. Juga nasib warga daerah Kabupaten lainnya yang berbatasan dengan Malaysia.
Mungkin ada yang tak setuju dengan ungkapan saya diatas. Tapi tak ada yang lebih tahu daripada masyarakat yang lebih tahu tentang Malaysia. Saya lebih menyetujui pernyataan Pak SBY untuk tidak berperang dengan Malaysia dan lebih memilih berdiplomasi dan menyelesaikan segala permasalahan yang ada.

Daripada menghamburkan uang digunakan untuk berperang, masih lebih baik uang itu digunakan untuk rakyat miskin di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar